Beranda | Artikel
Berbakti Setiap Hari
Jumat, 16 Agustus 2019

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
(Q.S. Al-Israa’ : 23)

Islam adalah agama yang sempurna dalam segala aspeknya. Segala hal telah dijelaskan dalam Islam, termasuk perkara berbakti kepada kedua orangtua. Di antara cara berbakti kepada kedua orangtua :
1. Bakti semasa hidupnya
1. Mengajari mereka tentang tauhid yang benar, jika mereka belum memahami apa itu tauhid.
2. Mengajari mereka tentang sunnah, jika mereka belum mengenal sunnah Nabi.
3. Penuhi kebutuhan mereka, dan tahanlah lisan kita dari berkata kasar kepada mereka.
2. Bakti setelah keduanya tiada
1. Memperbanyak doa dan istighfar untuk mereka.
2. Menunaikan janji mereka selama tidak melanggar syariat.
3. Memuliakan sahabat-sahabat orangtua kita.
4. Menyambung silaturahim dengan dengan karib kerabat orang tua kita  paman, dan keluarga keduanya.

Ya, bakti memang tiada mengenal hari terlebih bakti kepada orangtua. Bakti harus senantiasa ada, karena jasa keduanya terlalu besar untuk dilukiskan seberapapun banyak celupan tinta. Setiap anak yang sayang dan cinta kepada kedua orangtuanya tentunya sangat ingin membahagiakan keduanya baik di dunia maupun di akhirat. Setiap anak yang salih tentu paham betul akan firman Allah ini (yang artinya):

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (Q.S Al-Israa’ : 23).

Ayat yang agung ini, menjelaskan tentang pentingnya berbuat baik kepada orangtua, langkah-langkah yang harus ditempuh seorang anak dalam merealisasikan bakti kepada orangtua, terlebih jika keduanya telah berusia lanjut. Anak yang salih tentunya ingin sekali memasuki surga bersama kedua orangtuanya dengan tiket birrul walidain. Berikut beberapa cara berbakti kepada kedua orangtua.

1. Bakti semasa hidupnya

a. Ajarkan mereka tentang tauhid yang benar, jika mereka belum memahami apa itu tauhid.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat: 56). Ajarkanlah orangtua kita memahami makna tauhid, mengesakan Allah dalam beribadah. “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.”(Q.S: An-Nisa’: 36).

Jika kita mendapati orangtua kita belum menjalankan salat, maka ajaklah mereka dengan santun dan lembut agar mereka mau melaksanakan salat. Jika mereka belum melaksanakan puasa dan amalan wajib lainnya, ajaklah mereka dengan penuh kasih sayang, bimbinglah mereka dengan kelembutan dan terus meneruslah berdoa agar Allah memberikan hidayah kepada mereka.

Lebih-lebih lagi ketika orang tua kita masih melakukan kesyirikan, maka kita harus senantiasa menasihatinya agar tidak sampai meninggal dan belum bertaubat dari dosa syirik tersebut. Cara lainnya adalah dengan meminta bantuan menyampaikan nasihat-nasihat tersebut lewat orang yang disegani oleh kedua orangtua kita. Berusahalah semaksimal mungkin untuk menyelamatkan orangtua kita dari jurang kesyirikan dengan berbagai cara.


b. Ajarkan mereka tentang dasar-dasar agama, jika mereka belum mengenal dasar-dasar Islam.

Ketika ada yang berbuat baik kepada kita, tentunya kita akan cepat-cepat membalas kebaikan orang tersebut, minimal mengucapkan terima kasih dan mendoakan orang tersebut. Nah, bagaimana ungkapan syukurkita kepada orang yang telah berbuat baik bahkan sebelum kita menjumpai dunia ini, saat kita masih berada di dalam rahim? Mereka telah banyak berbuat baik kepada kita. Tentulah, mereka lebih utama untuk kita balas kebaikannya.

Salah satu cara berbuat baik kepada mereka adalah dengan mengenalkan dasar-dasar  dan kewajiban agama kepada mereka. Termasuk di dalamnya kita mengajarkan dan mengajak mereka mempraktikkan ajaran-ajaran nabi, diantaranya mengajarkan berhijab untuk ibu kita, membiayai keberangkatan haji dan umrah keduanya, membayarkan hutang-hutang mereka, dan lain-lain.

c. Penuhi kebutuhan mereka, dan tahanlah lisan kita dari berkata kasar kepada mereka.
Tentu mempraktikkan hal ini tidaklah mudah, apalagi setelah kita jumpai orangtua kita telah berusia lanjut. Banyak hal-hal yang membuat sang anak menjadi naik pitam, dan memancing rasa ketidaksabaran.

Di sinilah kita diuji, ingat kembali dan buka kembali lembaran album memori ketika kita masih kecil. Bagaimana orangtua kita dengan rasa sabarnya menjawab pertanyaan kita yang berulang-ulang. Bagaimana orangtua yang menghadapi kita ketika kita ngambek saat kita tidak dibelikan ini dan itu, ingatlah kesedihan dan kepanikan mereka ketika kita terjatuh, ketika sakit atau hal-hal buruk lainnya yang menimpa kita.

Ketahuilah, kita tidak akan dapat membalas jasa keduanya, meskipun hanya satu erangan rasa sakit ibu ketika melahirkan kita. Kita juga tidak dapat membalas, bagaimana ayah kita yang berpeluh keringat memenuhi kebutuhan anak dan istrinya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, Seorang anak tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya, kecuali jika dia menemukannya dalam keadaan diperbudak, lalu dia membelinya kemudian membebaskannya.” (H.R. Muslim). Lihatlah, betapa agungnya hak orangtua. Betapa sulitnya membalas kebaikan mereka, bahkan untuk membalas satu tarikan nafas seorang ibu ketika melahirkan, sungguh kita tidak mampu membalasnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina”. Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (H.R. Muslim no. 2551).

Hadits yang mulia ini merupakan cambuk bagi kita, jangan sampai seorang anak menelantarkan kedua orangtuanya. Orangtua adalah pintu surga kita. Kunci kita untuk memasuki surga, yaitu dengan cara berbakti kepada mereka, memperhatikan hak-hak mereka dan membahagiakan mereka.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak yang selalu berbakti kepada orang tua kita, apalagi jika diberi kesempatan dengan keberadaan mereka di sisi kita. Sertailah selalu mereka dalam setiap doa-doa yang kita panjatkan, bahagiakanlah mereka, perhatikan kondisi mereka. Bahkan generasi terdahulu yang salih berlomba-lomba di barisan terdepan dalam membagiakan kedua orang tua mereka. Bukalah kembali kisah menawan Uwais Al-Qarni rahimahullah, seorang tabi’in yang terkenal di kalangan penduduk langit, yang memiliki doa mustajab jika dia berdoa, disebabkan baktinya kepada ibunya.

Duhai Ibu dan Ayah, ananda ingin sekali memasuki surga bersama kalian…

2. Bakti setelah mereka tiada

Berbakti kepada orang tua takkan terhenti, meskipun mereka telah menghadap Allah Ta’ala. Masih ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk meneruskan bakti seorang anak kepada orang tua yang telah tiada. Bahkan bertambah banyak cara untuk berbakti kepada mereka.

Perbanyak istighfar dan jaga silaturrahim dengan kerabat ayah dan ibu kita.

Anas bin Malik As-Sa’idi radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Saat aku duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba ada seorang lelaki dari kaum Anshar yang datang dan bertanya, ‘Wahai, Rasulullah! Apakah masih ada (perkara) yang tersisa yang menjadi tanggung jawabku berkaitan dengan bakti kepada orang tuaku setelah mereka berdua meninggal yang masih bisa aku lakukan?’ Nabi menjawab, ‘Betul, (yaitu) ada empat hal: engkau doakan dan mintakan ampunan bagi mereka, melaksanakan janji mereka, serta memuliakan sahabat-sahabat mereka, juga menyambung tali silaturahim dengan orang yang ada hubungannya dengan ayah ibu. Inilah (kewajiban) yang masih tersisa dalam berbakti kepada orang tuamu setelah mereka meninggal’.”. (H.R. Abu Dawud dan Ahmad, hasan)

Dalam hadits ini terdapat empat poin penting yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang bagaimana cara seorang anak berbakti kepada orangtua yang telah tiada:

(1) Doakan kedua orangtua kita dan mohonkan ampunan bagi mereka,

(2) menunaikan janji mereka selama tidak melanggar syariat,

(3) memuliakan sahabat-sahabat orangtua kita,

(4) menyambung silaturahim dengan karib kerabat orang tua kita (kakek, nenek, paman, bibi) dan keluarga keduanya.

Allah meninggikan kedudukan orang tua lantaran istighfar anak mereka. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada seorang lelaki yang kedudukannya terangkat di surga kelak.” Ia pun bertanya, ”Dari manakah balasan ini?” Maka dijawab, “Lantaran istighfar anakmu.” (H.R. Ibnu Majah dan Ahmad, sahih).

Maka, perbanyaklah beristighfar untuk kedua orangtua kita, karena istighfar kita bermanfaat untuk mereka.Hadits ini diperkuat oleh hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dalam Shahîh Muslim, yang maknanya adalah ketika seorang manusia meninggal, maka putuslah amalannya darinya kecuali dari tiga hal, (yaitu) sedekah (amal) jariyah, atau ilmu yang dimanfaatkan, dan anak salih yang mendoakannya.

Karena bakti tak kenal hari, saat mereka masih bersama kita maupun saat keduanya telah tiada. Semoga Allah mengumpulkan kita bersama orangtua kita dalam jannatul firdaus al-A’la.

Penulis : Retno Syaputra, S.T., M.Eng. (Alumnus Mahad Al-Ilmi Yogyakarta)
Murajaah : Ustaz Abu Salman, B.A.


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/bt1531/